Yuk mengenali penyakit Gangguan Pendengaran

Gangguan pendengaran atau deafness adalah kondisi yang mempengaruhi kemampuanseseorang untuk mendengar sebagian atau sepenuhnya. Menurut World Health Organization (WHO), lebih dari 1,5 miliar orang di seluruh dunia hidup dengan berbagai derajat gangguanpendengaran, dan jumlah ini terus meningkat karena penuaan populasi, gaya hidup modern, sertapaparan lingkungan.
Sering dianggap sebagai akibat alami dari usia tua atau kelainan bawaan, gangguan pendengaranternyata juga bisa dipicu oleh pola makan, polusi udara, lokasi tempat tinggal, paparansuara, dan faktor gaya hidup lainnya.
Apa saja jenis-jenis Gangguan Pendengaran
1. Conductive Hearing Loss
Gangguan yang terjadi ketika gelombang suara tidak dapat melewati saluran telinga bagian luaratau tengah. Penyebab umum: infeksi telinga, cairan, sumbatan kotoran, atau kelainan tulangtelinga tengah.
2. Sensorineural Hearing Loss
Merupakan jenis paling umum, disebabkan oleh kerusakan pada sel rambut halus di koklea(telinga dalam) atau saraf pendengaran. Bisa permanen dan sulit diobati.
3. Mixed Hearing Loss
Gabungan dari conductive dan sensorineural.
4. Central Auditory Processing Disorder (CAPD)
Otak mengalami kesulitan memproses suara meskipun pendengaran secara fisik normal.
Tahukah kamu kalau Makanan, Udara, dan Lokasi bisa menyebabkan masalah gangguan pendengaran?
1. Nutrisi dan Pola Makan
A. Defisiensi Mikronutrien
Kekurangan vitamin dan mineral, seperti vitamin B12, vitamin D, folat, dan zinc, dikaitkandengan gangguan fungsi saraf, termasuk saraf pendengaran.
Penelitian dari American Journal of Clinical Nutrition (2022) menunjukkan bahwa defisiensivitamin B12 berkontribusi pada degenerasi koklea dan peningkatan risiko tuli sensorineural pada usia lanjut.
B. Diet Tinggi Lemak dan Gula
• Diet tinggi lemak jenuh dan gula dapat menyebabkan gangguan sirkulasi darah, termasuksuplai darah ke koklea.
• Diabetes yang tidak terkontrol dapat merusak pembuluh darah halus di telinga dalam.
Studi di Hearing Research (2021): Pasien diabetes tipe 2 memiliki risiko gangguanpendengaran dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan non-diabetesi.
2. Polusi Udara dan Gangguan Pendengaran
Polusi udara tidak hanya berbahaya bagi paru-paru dan jantung, tetapi juga berdampak pada sistem saraf pusat dan perifer, termasuk saraf pendengaran.
Bukti Medis:
• Environmental Health Perspectives (2021) melaporkan bahwa paparan jangka panjangterhadap PM2.5 dikaitkan dengan kerusakan struktur mikrovaskular telinga dalamdan peningkatan risiko kehilangan pendengaran sensorineural.
• Polutan seperti timbal, karbon monoksida, dan nitrogen dioksida dapat menurunkanoksigenasi jaringan telinga.
3. Bahaya Terpapar Kebisingan Lingkungan
Kebisingan adalah penyebab gangguan pendengaran paling umum setelah usia dan genetik.
Sumber suara berisiko tinggi:
• Lalu lintas kota padat
• Industri pabrik dan konstruksi
• Konser musik keras atau penggunaan headphone berlebihan
WHO menyatakan bahwa lebih dari 1 miliar orang muda (12–35 tahun) di dunia berisikokehilangan pendengaran karena penggunaan perangkat audio dalam waktu lama dengan volume tinggi.
Studi dari The Lancet Public Health (2022): Warga kota besar yang terpapar kebisingan ≥ 85 dB selama 8 jam/hari memiliki risiko gangguan pendengaran 40% lebih tinggi.
4. Kondisi Geografis dan Sosial Ekonomi
• Daerah terpencil atau berpendapatan rendah sering kekurangan akses ke layanankesehatan THT, vaksinasi, atau suplemen nutrisi penting.
• Di beberapa lokasi, masih tinggi paparan terhadap zat beracun seperti merkuri dan timbaldari air atau makanan laut, yang bersifat neurotoksik dan dapat merusak pendengaran.
Apa saja yang menjadi Gejala Umum GangguanPendengaran
• Sulit memahami percakapan, terutama di tempat ramai
• Meminta orang lain mengulang pembicaraan
• Meningkatkan volume TV atau radio secara tidak wajar
• Tinnitus (dengung di telinga)
• Kesulitan mengikuti percakapan telepon
Diagnosis dan Pemeriksaan Medis
1. Tes Audiometri
• Pemeriksaan standar untuk mengukur ambang pendengaran dan menentukan jenisgangguan.
2. Timpanometri dan Tes Konduksi Tulang
• Menilai respons telinga tengah dan saraf pendengaran terhadap gelombang suara.
3. Pemeriksaan Laboratorium Tambahan
• Pemeriksaan kadar vitamin B12, gula darah, atau logam berat jika dicurigai sebagaipenyebab sistemik.
Yuk, pakai strategi untuk mencegah dengan berbasis bukti
1. Nutrisi Seimbang untuk Telinga Sehat
Dianjurkan:
• Vitamin B12 dan folat: dari hati, ikan, telur, sayuran hijau
• Magnesium dan zinc: dari kacang-kacangan, biji labu, cokelat hitam
• Omega-3: dari ikan berlemak (salmon, sarden)
Penelitian (Journal of Nutrition, 2020): Diet tinggi antioksidan dan omega-3 berhubungandengan penurunan risiko gangguan pendengaran progresif hingga 30%.
2. Manajemen Paparan Suara
• Gunakan earplug di lingkungan kerja bising.
• Terapkan aturan 60/60 saat menggunakan headphone: volume maksimal 60%, tidaklebih dari 60 menit/hari.
• Istirahatkan telinga setelah paparan suara keras.
3. Cegah Infeksi dan Kerusakan Telinga
• Tangani infeksi saluran pernapasan atas segera.
• Jangan memasukkan benda asing atau cotton bud ke dalam telinga.
• Jaga kebersihan air saat berenang.
4. Vaksinasi
Vaksin MMR, pneumokokus, dan meningokokus penting untuk mencegah infeksi yang bisamerusak pendengaran, terutama pada anak-anak.
Saran untuk Penanganan dan Terapi Jika Sudah Terjadi
1. Alat Bantu Dengar (Hearing Aids)
• Membantu meningkatkan volume dan kejelasan suara.
• Tersedia dalam bentuk dalam telinga (ITE), belakang telinga (BTE), atau receiver-in-canal (RIC).
2. Implan Koklea
• Digunakan pada pasien dengan gangguan berat hingga tuli total yang tidak terbantu denganhearing aid.
3. Terapi Wicara dan Rehabilitasi
• Sangat membantu anak-anak yang mengalami gangguan sejak dini agar tetap dapatberkomunikasi efektif.
4. Aplikasi Pendukung dan Teknologi
• Aplikasi smartphone dan sistem subtitle real-time membantu komunikasi bagi merekadengan gangguan pendengaran.
Masalah kondisi di Negara Berkembang
• Minimnya kesadaran tentang pentingnya deteksi dini.
• Keterbatasan akses terhadap audiolog dan alat bantu dengar.
• Kurangnya edukasi masyarakat tentang dampak nutrisi dan kebisingan pada pendengaran.
Caranya, yah harus melakukan edukasi masyarakat, pemeriksaan rutin di sekolah-sekolah, subsidi alat bantu dengar, dan peningkatan peran Puskesmas dalam skrining dini.
Akhirnya…
Gangguan pendengaran tidak hanya disebabkan oleh usia atau genetika, tapi juga sangat dipengaruhi oleh makanan, polusi udara, kebisingan lingkungan, dan lokasi tempat tinggal. Dengan meningkatnya gaya hidup urban dan pola konsumsi tidak sehat, risiko gangguanpendengaran juga ikut meningkat, bahkan di usia muda.
Kabar baiknya, banyak faktor pemicu gangguan pendengaran dapat dicegah dengangaya hidup sehat, perlindungan telinga, dan nutrisi yang tepat. Deteksi dini dan teknologipendukung juga kini semakin mudah diakses.
Menjaga kesehatan pendengaran adalah bagian dari kualitas hidup jangka panjang—karenamendengar bukan hanya soal telinga, tetapi juga soal koneksi kita dengan dunia dan sesama.
Referensi Medis:
1. WHO – World Report on Hearing, 2023
2. Environmental Health Perspectives. “Air Pollution and Hearing Loss,” 2021
3. The Lancet Public Health. “Urban Noise and Risk of Hearing Loss,” 2022
4. Journal of Nutrition. “Omega-3 Intake and Age-Related Hearing Loss,” 2020
5. Hearing Research. “Diabetes and Sensorineural Hearing Loss,” 2021
6. American Journal of Clinical Nutrition. “Vitamin B12 and Auditory Function,” 2022